Monday, September 17, 2012

Voluntary Broken

Hari ini dia marah sama aku.
Hanya saja tiap kali dia marah, maka aku akan tersenyum.
Menertawakan dunia yang mulai membuat kami bisa dengan leluasa mengatakan rindu dan kesal di saat yang bersamaan.

Dia bisa nyuekin aku sampai berjam-jam, meski kemudian dia akan kesal sendiri kenapa aku tak menyapa duluan.
Setiap pagi dia akan menagih rindu kepadaku, rindu yang sama besarnya dengan rinduku.
dia hanya tidak tau bagaimana dia telah merubah hariku.
Setiap malam dia akan tidur setelah membaca pesanku,
aku tidak habis pikir bagaimana dia telah mengganggu mimpiku.

Dia tidak tau seperti apa jadinya jika aku pergi, tapi aku tidak mampu untuk meninggalkan dia.
Aku hanya sebagian kecil dari kesemua keinginannya dan aku tetap bukan tujuan utama dalam agendanya.
Dia kesal padaku karena membuatnya bingung, hanya saja dia yang sudah membuatku bingung hingga aku kesal padanya.

Aku hanya tidak ingin kehilangan perasaannya, bahkan aku tidak tau bagaimana perasaanku terhadapnya.
Aku tidak ingin kehilangan dia, meski aku cukup melihatnya tertawa dari kejauhan.

Aku berjanji untuk tidak meninggalkan dia, Meski dia bisa meninggalkan aku kapan saja.
Aku berjanji untuk selalu menghibur dia, Meski dia tidak tau aku sedang menahan luka.

Aku tidak pernah yakin menitipkan dukaku pada dunia, Separuh curahan hari, ku titipkan pada senyumnya.
Hanya separuh karena aku tetap tak bisa menggantungkan hidupku yang rapuh pada bulir-bulir jemarinya.
Aku selalu menahan tanganku saat melihat dia pulang karena jika aku mengantarnya, aku yang akan tersesat di hatinya.


Dia yang mencintai kebebasan seperti aku mencintainya dirinya.
Hingga aku rela menunggu dia yang selalu terlambat menepati janji.
Dia yang merindukan aku untuk menghiburnya seperti aku merindukan dia untuk aku peluk setiap harinya.

Entah apa yang telah kulakukan, aku memberikan hatiku padanya.
Entah apa yang telah kulakukan, aku menggenggam tangan orang lain bukan miliknya.
Entah apa yang telah kulakukan, aku menyakiti hati orang lain demi dirinya.
Entah apa yang telah kulakukan, aku merindukan suara tawanya. Sekarang.

No comments: