Saturday, August 27, 2011

Mr. Clown


Aku merindukan Badut.

Siapa Badut??
Badut adalah seorang tokoh dalam hiasan hariku selama hampir setengah tahun yang lalu dan mungkin sampai saat ini.
Badut seperti namanya seseorang yang dengan leluconnya yang ajaib telah menemani duniaku yang  jungkir-balik,
membuatku tetap sadar setiap harinya meski duniaku berantakan, dan juga membuatku merasakan aku masih manusia.

Aku tertawa bersamanya, kadang aku yang menertawakannya meski dia merasa tidak sedang menghiburku.
Aku akan tetap tertawa meski saat itu dia merasa tidak lucu.
Aku akan tertawa dengan hanya respon “flat” atau emoticon aneh yang dia selalu kirimkan jika kami bersapa di dunia semu.

Aku selalu menertawakan setiap tingkahnya, ahh.. Badut itu lagi dimana ya??

Tapi entah kenapa,
Aku sadar aku mulai kehilangan badut tapi aku tak tau sejak kapan tepatnya.
Hanya saja aku sadar, aku tak lagi tertawa.

Begitulah aku, aku membuat tiap topeng berbeda untuk tiap tokoh dalam hidupku.
Khusus untuk Badut, aku melepaskan topengku, karena aku ingin terbebas tanpa topeng,
Lagipula Badut sudah memakai topeng untuk dirinya sendiri pada awal dia memasuki hidupku, sebagai Badut.

Badut hanyalah profesi buat dia, untuk menghibur mereka dan aku.
Aku salah satu dari penonton di tiap pertunjukkannya.
Aku mengenalnya saat menjadi Badut, mungkin di dunia nyata saat dia melepas topengnya, aku bisa saja tak mengenalinya.

Seperti apa Badut di dunia nyata? aku selalu bertanya di dalam hati saat dia menghiburku.
kadang sekilas aku melihat kesedihan di matanya, apa yang dipikirkannya atau kesedihan itu hanya kamuflase riasan topengnya?

Badut mungkin sebuah topeng dan pengisi waktu luang baginya, menjadi badut bukanlah profesi utamanya.
Aku tau itu, sejak awal pertunjukkannya dia sudah mengatakan  “Saya hanya menghibur anda sekalian untuk sejenak”.
Benar sekali sejenak buat dia tapi berharga buatku.
Aku tak peduli dengan penonton lainnya, hanya Badut ini yang sanggup mengatasi jenuhku terhadap realita.

Apa mungkin badut sudah bosan melucu dan saat ini dia harus kembali ke dunianya?

Lalu bagaimana dengan aku?   Aku merindukan Badut.

Badut, dapatkah memanggilnya badutKU,, agar terlihat kepemilikan dalam kata badutKU.
Agar salah satu bagian dirinya menjadi milikku meski hanya sesaat.
Bagian dirinya saat membiarkan aku tertawa,
Saat dia tetap sadar ketika aku sudah meracau dan menarik aku yang tenggelam oleh malam.
Bisakah satu bagian dirinya temani aku untuk menyapa pagi.
Bagian pada saat dia menjadi Badut.

Aku tak terlalu terkejut, kepergian Badut sudah ku perkirakan.
Dan aku membiarkan waktu yang membawanya pergi.
Badut ku sudah sadari jika tetap bersamaku dia akan kehilangan dunianya.
Ada banyak realita yang harus dia hadapi selain menjadi Badut untukku. 
Sebuah perjanjian tak tertulis antara aku dan Badut di dalam dunia semu ini.

Meski harus berdosa karena menginginkan apa yang Tuhan tak berikan padaku,

Aku tetap merindukan Badut,,

No comments: