Friday, July 15, 2011

MANGLAYANG 2, Pertaruhan dengan Sang ALAM!!

Sore mulai menjelang ketika kami sampai di nangor (begitu orang menyebutnya), seharusnya pendakian kami sudah dimulai,, langit juga mulai mendung dan kami masi menunggu personil menjadi lengkap,, beberapa lama menunggu akhirnya sepasukan orang dengan mobil tentara penuh dengan banyak barang datang juga,, “saya melirik tas saya, cukup berat dan akan ditambahkan lagi dengan sleeping bag”,,

Proses berkenalan pun dimulai,, mobilnya namanya magrib pemiliknya atief, ada myo, ega, mamen (perempuan-red), dila, aby, dimas, tyo, ongky, ijo, dan datang lagi ury dan nobi,(sambil ngecek ke FB biar ga salah absen J), jadi totalnya ada banyak orang yang ikutan..
Klo ga salah tafsir, kami akan mendaki dari trek dengan nama Baru Bereum, jadi kami akan ke baru bereum dengan menumpangi si magrib,, tapi ternyata Manglayang tidak memperbolehkan kami memulai dengan mudah, kami diturunkan oleh magrib di tengah jalan soalnya trek untuk ke Baru Bereum agak sulit di jalanin oleh si magrib jika bawa penumpang, sehingga kami pun berjalan kaki sampai baru bereum,, perjalanan ke baru bereum ditempuh hampir 30 menit tanpa membawa tas (magrib sampe duluan bareng sama tas dn perbekalan), perasaan saya sodara-sodara? ABIS NAFASSS, jalannya udah nanjak ternyata,,

Bersama @djatya selangkah demi selangkah,,

“Mba nanti jalannya (gunung-red) begini juga ga??”
“Ga tau aku Sar, aku juga baru kali ini naik Manglayang. Ini gunung pertama aku juga, yang sering naik si Putra tuh, kamu tanya dia aja” mata mengarah ke depan sekitar 500 m, 
Dimana Kang Putra melambai kan tangan dan teriak “Ayo Tya, Ayo Sarah cepetan, Sarah ayo biar kurusss”, gw “Maksud lo???”

Melirik @djatya dalam hati bilang “buseng, @djatya di nangor udah betaun-taun tapi blom naik,, hehehehe”

Sambil berjalan saya berfikir “semoga trek gunung ini kyak yang di tipi-tipi atau engga kayak perjalanan menuju Baru Bereum gitu, bisa liat pemandangan kanan dan kiri,, oohh,, I cant wait pokoknyaa” mempercepat langkah karena semangat memompa adrenalin ke otak.

Singkat cerita, kami sampai di Baru Bereum sekitar jam 5 sore,, cuaca mendung, dengan banyaknya personil dan yang memiliki pengalaman naik gunung sedikit (tidak sampai setengah) maka dibuatlah 2 team yang berisikan 8 orang/team. Team 1 : atief, @djatya, saya, uri, tyo, dilla, ijo, dimas; dan team 2 ada myo, ega, mamen, aby, nobi, ongky, kang putra, dan mas faqih.

Manglayang bisa dibilang seperti bukit belakang sekolah buat kampus Unpad di jatinangor, tiap sector sudah terjelajahi, dan jarak tempuh untuk sampai ke puncak diperkirakan 2-3 jam saja dalam KONDISI NORMAL.. (kalian akan tau selanjutnya kenapa saya capslock tulisan “kondisi normal”)

copas informasi dari blog sebelah, Trek pendakian melalui jalur timur G. Manglayang (Baru Bereum) mempunyai kemiringan berkisar 45 – 75 derajat dan nyaris tanpa bonus atau jalur yang mendatar. Namun ada beberapa tempat yang sedikit datar bisa dijadikan tempat untuk sekedar beristirahat. Jika diumpamakan trek pendakian melalui jalur timur, Baru Beureum ini mirip trek pendakian Gunung Gede melalui jalur gunung putri.

Maka perjalanan pun dimulai, 10 menit pertama treknya landai tapi sempit, dalam hati saya “ahh, klo bgini treknya sih pasti waktu tempuhnya sebentar” masi semangat!!
Dan tiba-tiba hujan turun dengan manisnya,, Ini artinya kami akan naik dengan kondisi hujan, berguna juga nih jas hujan yang tadi dibagiin (well prepared banget kawan baru saya). Tapi kok trek yang dinaikin makin lama makin curam, karna hujan datang keadaan lingkungan menjadi gelap dan dingin,,

Awalnya gerimis saja, 20 menit kemudian, hujan makin deras dan trek juga makin menanjak cenderung harus memanjat, air membuat trek yang kami lalui menjadi sangat licin, kami harus berhati-hati karena  kanan dan kiri kami sepertinya jurang, gelap dan basah. Disinilah ujian buat saya dimulai,, Hujan makin deras membuat saya hampir menyerah, saya mencoba untuk menyakinkan atief dan team saya untuk turun saja, lanjutin besok saja perjalananya,, tapi tidak berhasil karena si pemimpin team 2 yaitu Kang Putra memutuskan untuk terus naik, tidak ada pilihan lain selain naik.

Pemikiran tentang nyanyian naik gunung yang selama ini saya lagukan dari kecil, sama sekali tidak terjadi untuk Manglayang, saat itu juga saya marah, merasa dipermainkan sama Tuhan, tapi saya kembali berfikir klo pun saya marah ga ada hasil apa-apa, klo saya mengeluh berarti saya harus kasih solusi untuk situasi ini,, 
saat itu saya ingat perkataan @djatya

“Kita harus jadi pemberi solusi Sar, jangan pembuat panik”.

Dan lagi saya dalam team, saya hanya akan membuat team saya panic, saya ga boleh mengeluarkan kata-kata yang bisa bikin semangat menurun, saya harus memupuk semangat saya,, dan lagi pula puncak sudah dekat kan (kata atief sih udah deket.. :D)

Selama perjalanan naik yang treknya makin terjal,sama sekali tidak ada jalan landai, sesekali kami berhenti untuk melepas lelah, makan gula merah untuk menambah tenaga, kami ga tau waktu menunjukan jam brapa. Hujan masi sangat deras, dingin sampe ke dalam sepatu saya. Ada beberapa teman yang ga pake sepatu kyak mba Uri, entah gimana rasanya.. L

Selama perjalanan, diantara gelap yang sesekali terlihat oleh kilatan senter, air dingin yang mengalir melewati sepatu saya, tetesan air hujan yang sedikit banyak tertelan, kedua tangan saya pasti lecet-lecet terkena ranting dan rumput yang saya jadikan pegangan, pikiran saya “saya tidak boleh mati disini, saya harus sampai puncak karna niat awal saya adalah sampai di puncak“,

Sempat saya gondok banget sama Kang putra, cuaca begini kok masi maksa untuk naik juga tapi setelah saya pikir lagi, kami tidak punya pilihan selain naik. Kami sudah setengah perjalanan, hujan deras membuat jalanan licin, jika kami memutuskan turun maka akan lebih berbahaya karena medan yang gelap, personil yang tidak memiliki pengalaman dan peralatan untuk turun juga tidak memadai.

Saya pun tersadarkan, bahwa kehidupan saya  pun sama seperti naik gunung Manglayang ini,, jika kita sudah memilih kita harus jalani tidak bisa lagi dirubah, kita tidak bisa kembali ke keadaan di mana kita diberi waktu berfikir. Jika pilihan kita salah, kita harus mencari solusi untuk menyelesaikannya bukan malah mundur atau berhenti.

Kembali ke kenyataan, Saya tidak tau apa yang dipikirkan oleh teman yang lain selama perjalanan ini,, kami sibuk untuk saling menyemangati, kami saling menguatkan, di situasi ini saya mempelajari bahwa kerja sama team yang kompak sangat diperlukan, saling support agar kita sama-sama mencapai puncak. Begitupun dengan pekerjaan saya di kantor, saya bekerja dalam team, harus saling support dan tidak boleh menjatuhkan teman satu team.

Entah sudah berapa lama kami mendaki, trek yang kami jalani benar-benar trek tanpa belas kasih, memanjat, merayap, berpegangan dengan rumput berduri, air semakin deras melewati kaki-kaki kami, bawaan yang semakin lama semakin memberati punggung, sesekali berhenti untuk mencari nafas,, yang saya pikirkan adalah team saya masih komplit ber-8, saya ga mau pengalaman pertama saya naik gunung saya kehilangan teman baru,, saya saat itu benar-benar memikirkan saya bisa saja mati di Manglayang, tengkorak saya akan hilang terbawa air,,

saya takut tapi di sisi lain saya menantang diri saya sendiri, saya yang menggebu-gebu ingin naik gunung, saya yang mencari pengalaman naik gunung, saya yang memutuskan untuk ikut, jadi saya harus sampai di puncak karena saya sudah memilih.

Singkat cerita, kami hampir sampai di ujung trek terakhir,, tiba-tiba saja ada beberapa personil di team yang membantu kami melewatinya,, Mamen menjadi guide untuk trek dengan kondisi tanah licin rumput-rumput yang dijadikan pegangan hanya sedikit, lagi pun rumput-rumput itu sangat gembur jadi musti hati-hati agar rumput itu tidak terlepas, saya harus mencakar tanah untuk dijadikan pegangan sekalian untuk membuat pegangan bagi teman yang berada di belakang saya. Setelah melewati trek ini maka sampailah saya di puncak ke 2 Gunung Manglayang,,

Puncak ke 2 Gunung Manglayang, pemandangan yang terlihat sangat indah, tatanan lampu Jatinangor dan sekitarnya, langit cerah sekali seakan hujan deras tidak terjadi,, berpelukan dan tertawa itulah yang saya lakukan.. Saya sudah sampai di Puncak Gunung, perasaan saya LEGA dan terharu,, saya bisa sampai karena saya dikelilingi oleh teman-teman yang saling support, sebuah ikatan persahabatan saya rasakan diantara teman-teman yang baru saya kenal + 8 jam. Saya tidak akan sampai di puncak tanpa mereka semua..

Alam Manglayang mengajarkan banyak hal kepada saya dalam satu malam itu,, banyak hal yang saya pikirkan selama perjalanan naik. salah satunya di tengah jalan saya berjanji jika saya sampai puncak, saya harus bilang sesuatu (bbm - red) kepada seorang teman, teman yang ternyata berarti buat saya,, dan saya harus bilang sama dia klo saya sayang sama dia,, perasaan sayang karna dia menjadi salah satu motivasi saya untuk tetap semangat, perasaan sayang yang tulus tanpa pamrih, tanpa keharusan untuk dibalas. dan saya melakukannya. 

Manglayang memberikan sebuah keberanian untuk jujur dan keikhlasan untuk menerima setiap keputusan yang diberikan sama Tuhan kepada setiap tindakan saya.

Malam itu Pemandangan di Manglayang sangat indah,, FYI: kami sampai di manglayang jam 11 malam. waktu tempuh 7jam yang normalnya 2 jam dan waktu tempuh ini bukan sebuah prestasi buat personil yang pernah menaklukkan Manglayang sebelumnya. Tapi bagi saya ini adalah prestasi dan pelajaran akan hidup,,
Saya sebelum pendakian dan Saya setelah sampai di Puncak adalah orang yang berbeda.

Klo kata orang, klo kita naik gunung, ujian sebenernya ada pada saat turun dari puncak gunung,,
Benarkah itu? apakah turun dari Manglayang akan sesulit pendakiannya..

Cekidot di posting selanjutnyaa..

To be continued…

No comments: